Ads 468x60px

Buletin

Meraih keutamaan membaca al Qur'an
 Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Al Qur'an merupakan petunjuk bagi manusia dalam mengarungi hidup ini agar dapat mencapai keselamatan dunia akhirat.
“Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup dan yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan kitab Al Qur’an padamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya dan menurunkan  Taurat dan Injil, sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia. Dan Dia menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an).” (Q.S. Ali Imran 3:2-4).
 Membaca al Qur'an merupakan amalan yang banyak mengandung keutamaan. Beberapa keutamaan membaca Al Qur`an sebagai berikut:
-  Pahala
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al Qur’an) dan mendirikan salat dan menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi. Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir 35:29-30)
-  Manusia Terbaik
“Sebaik-baik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya.” (Hadits Riwayat Bukhari)
-  Dikumpulkan bersama para Malaikat
“Orang yang membaca Al Qur`an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua pahala." (Muttafaqun `Alaihi)
-  Diangkatnya derajat manusia oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
“Sesunggunya Allah subhanahu wa ta'ala mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
-  Memberi syafaat (penolong) pada hari kiamat
“Bacalah Al-Qur'an karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)
-  “Barangsiapa yang disibukkan oleh al Qur’an berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam Allah daripada seluruh kalam selainnya, seperti Allah atas hamba-Nya” (HR. Tirmidzi)
-  Ladang Pahala
“Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitab Allah (al Qur,an), maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi)
-  Mendapat sakinah dan rahmat
“Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam suatu rumah (masjid) daripada rumah-rumah Allah, mereka membaca al Qur’an dan saling mempelajari diantara mereka, kecuali turun kepada mereka ketentraman, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut-nyebut kebaikan mereka di hadapan makhluk yang mulia (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (HR.Muslim).
 Demikianlah beberapa keutamaan membaca al Qur’an yang terdapat dalam al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, semoga dapat memberi kita motivasi untuk senantiasa berinteraksi dengan al Qur’an. Terakhir, mari kita banyak berdo’a kepada Allah subhanahu  wa ta’ala  agar dapat dibei kekuatan untuk senantiasa istiqomah berada pada jalan kebaikan, jalan yang lurus, jalan yang menghantarkan kita pada syurga Allah subhanahu wa ta’ala.
Wallahu ‘alam
Sumber: Buletin Dakwah Remaja Masjid Hj. St. Sochrah edisi 3



Meraih keutamaan Shalat Berjamaah

            Banyak umat islam yang menganggap remeh urusan shalat berjamaah. Fenomena tersebut bisa kita lihat 'salah satunya' dari banyaknya masjid yang minin jamaahnya, meskipun masjid tersebut berada di tengah komunitas (mayoritas) umat islam. Banyak Orang yang berlomba-lomba membangun masjid namun tidak memakmurkannya (tidak menggunakannya untuk shalat berjamaah). Padahal sebenarnya, shalat berjamaah di masjid memiliki banyak keutamaan. Beberapa keutamaan shalat berjamaah sebagai berikut:
Menegakkan shalat berjamaah adalah salah satu realisasi perintah Allah
 Menegakkan shalat berjamaah berarti kita telah merealisasikan salah satu perintah Allah Subhanahu wa ta'ala yang dibebankan kepada Hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”. (QS. Al-Baqarah: 43).

Shalat berjamaah jauh lebih utama dari shalat sendirian
Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian. Riwayat lain menyebutkan bahwa ia lebih utama 25 derajat. Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam  bersabda, yang artinya:
“Shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim). “lebih utama 25 derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Shalat berjamaah adalah perlindungan diri dari setan
Dengan izin Allah, shalat berjamaah dapat menjaga seorang muslim dari musuhnya yang tidak pernah diam dan putus asa menggoda untuk mengajak pada keburukan, yakni setan. 
Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, yang artinya:
“Tidaklah tiga orang berada di suatu desa atau pedalaman dimana di tengah mereka tidak didirikan shalat (berjamaah), kecuali mereka telah dikuasai oleh setan. Karena itu, hendaklah kalian senantiasa berjamaah. Karena sesungguhnya serigala itu hanya makan (hewan piaraan) yang jauh (dari gerombolan kawan-kawannya).” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa'i dll).
Menjauhakan seorang muslim dari menyerupai orang-orang munafik
          Shalat berjamaah yang dilakukan secara rutin bisa menjauhkan seorang muslim dari menyerupai orang-orang munafik, sebagaimana yang telah dipahami bahwa orang munafik di ancam oleh Allah dengan neraka yang paling bawah, nu'udzubillah.
            Diantara sifat orang-orang munafik yang paling nyata adalah meninggalkan shalat berjamaah, terutama shalat isya dan shubuh. Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, yang artinya:
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi (beratnya) shalat subuh dan isya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjamaah) meskipun dengan merangkak...” (Muttafaq 'alaih).
Diantara sebab dosa diampuni
          Shalat berjamaah adalah salah satu diantara sebab diampuninya dosa-dosa, bahkan dosa-dosa yang telah lalu. Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, yang artinya:
“Jika imam mengucapkan,'Ghairil maghdhubi 'alaihim waladh dhalin,' (bukan orang-orang yang engkau murkai dan bukan pula mereka yang tersesat), maka ucapkanlah 'amin', karena sesungguhnya siapa yang ucapan (aminnya) bersamaan dengan ucapan (amin) malaikat, niscaya diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq 'alaih).
Beliau shallallahu 'alahi wasallam juga bersabda, yang artinya:
“Barangsiapa yang berwudhu untuk shalat dan ia menyempurnkan wudhunya, lalu berjalan (untuk menunaikan) shalat wajib, dan ia shalat bersama manusia atau bersama jamaah atau di dalam masjid, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim).
Shalat berjamaah berpahala besar karena berjalan untuk menunaikannya
         Shalat berjamaah menjadikan seorang Muslim keluar menuju masjid, dan biasanya ia berjalan serta banyak melangkah. Dengan demikian ia mendapatkan pahala besar dan kebaikan yang banyak, dan tak seorangpun yang tahu pahalanya kecuali Allah subhanahu wa ta'ala. Banyak hadits dari Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam menjelaskan keutamaan tersebut, salah satu sabdanya yang artinya:
“Barangsiapa yang berangkat ke Masjid (untuk) shalat berjamaah, maka langkah (yang satu) menghapus satu keburukan dan langkah (yang lain) menuliskan baginya satu kebaikan, saat pergi dan kembali.”
Orang yang senantiasa shalat berjamaah berada dalam naungan Allah pada hari kiamat, dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya
       Sesungguhnya shalat berjamaah bisa membentuk seorang muslim menjadi sangat mencintai masjid, tempat dimana shalat didirikan. Dan orang yang hatinya senantiasa tertambat kepada masjid, ia kelak berada dalam naungan Allah pada hari kiamat.
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alahi wasallam bersabda yang artinya:
“Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaunginya pada hari Kiamat disaat tiada naungan kecuali naungan-Nya Yaitu, imam (pemimpin) yang adil; pemuda yang tekun beribadah kepada Tuhannya; orang yang hatinya terpancang (terpaut) di masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah yang berkumpul dan berpisah karena Allah; seorang laki-laki yang diminta (diajak) oleh oleh wanita yang berkedudukan dan berparas cantik untuk memenuhi nafsunya namun ia menjawab, 'Sesungguhnya saya takut kepada Allah'; seorang laki-laki yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dinafkahkan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi lalu matanya mencucurkan (air mata)." (HR. Bukhari dan Muslim).

        Demikianlah beberapa dalil yang menyebutkan keutamaan shalat berjamaah. Semoga dapat memotivasi kita untuk senantiasa melakukan shalat  berjamaah di masjid dengan harapan mendapat Ridho Allah Subhanahu wa ta'ala. Catatan yang penting adalah bahwa amal ibadah apapun (termasuk shalat) tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla kecuali manakala memenuhi dua syarat: yang pertama adalah Niat Ikhlas karena Allah Azza wa Jalla dan yang kedua mengikuti Sunnah Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Wallahu ta'ala 'alam”
Sumber: Buletin Dakwah Remaja Masjid Hj. St. Sochrah edisi 2


BIRRUL WALIDAIN
 
Di dalam al Qur’an Surah Al-Isra ayat 23-24, Allah memerintahkan manusia untuk bertauhid kepada-Nya, setelah perintah bertauhid kemudian diikuti dengan perintah berbakti kepada kedua orang tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa Birrul walidain (berbakti kepada  kedua orang tua) merupakan amalan yang sangat penting dalam islam.
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, "Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil" [Al-Isra : 23-24]
Perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua mungkin kurang dipahami oleh beberapa orang sehingga sering kita jumpai di masyarakat anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, tidak menghargai orang tua, melecehkan orang tua, bahkan ada yang mencaci maki dan memukul orang tuanya, na'udzubillah min dzalik. Seorang anak jika menyadari bagaimana beratnya perjuangan orang tuanya dalam mengandung, melahirkan, mengurus, memberikan nafkah, mendidik dan membesarkannya sampai dia dewasa maka sepantasnyalah untuk taat dan memenuhi hak orang tuanya, bukan justru sebaliknya.
DIANTARA BENTUK-BENTUK BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANG TUA
Tidak Membentak Kedua Orang Tua
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, "Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil" [Al-Isra: 23-24]
Memberi Nafkah Kepada Kedua Orang Tua
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. [Al Baqarah: 215]
Mendo'akan Orang Tua                                                           
"Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro" (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). [al Israa’: 24]. Jika orang tua kita belum mengikuti dakwah yang haq atau masih melakukan kesyirikan serta bid’ah, maka mari kita do’akan mereka terutama pada waktu-waktu yang baik untuk berdo’a (misalnya pada saat berpuasa, hari jum’at) semoga Allah menunjuki mereka jalan yang haq.
DIANTARA BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA SETELAH MEREKA MENINGGAL
Mendo’akannya
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Apabila seorang hamba meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdo’a untuknya” [HR. Muslim]
Bersedekah Untuknya
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, “Bahwasanya ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara mendadak, dan saya menyangka jika seandainya dia berbicara (berwasiat), niscaya dia akan bersedekah. Bolehkah aku bersedekah untuknya? Beliau menjawab, Ya, bersedekahlah untuknya.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Membayarkan Hutangnya
Melaksanakan Nadzarnya
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Sa’ad binUbadah Radhiyallahu ‘anhu pernah meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dia bertanya, ‘sesungguhnya ibuku meninggal dunia sementara dia memiliki kewajiban nadzar.’ Rasulullah bersabda, ‘tunaikanlah nadzar itu untuknya’.”. [HR. Bukhari]
Mengqadha’ Puasanya
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Barangsiapa yang meninggal dunia sementara dia memiliki kewajiban berpuasa, maka hendaknya walinya menggantikan puasanya.” [HR. Bukhari]
Berhaji Untuknya
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, “Bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam seraya bertanya, ‘sesungguhnya ibuku pernah bernadzar untuk menunaikan haji, namun dia belum sempat berhaji hingga dia meninggal dunia. Bolehkah aku berhaji untuknya?’ Beliau menjawab, ‘Ya, tunaikanlah haji untuknya? Tunaikanlah hutang kepada Allah, sesungguhnya hak Allah lebih berhak untuk ditunaikan’.” [HR. Bukhari]
KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Sebab Dimasukkannya Seseorang ke Dalam Syurga
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Celakalah dia, celakalah dia, kemudian celakalah dia. Ditanyakan (kepada Rasulullah), “Siapa, wahai Rasulullah?” Belia menjawab, “siapa saja yang mendapati orang tuanya pada saat lanjut usia, salah satunya atau keduanya, kemudian dia tidak bisa masuk surga (karena tidak berbakti kepada keduanya).” [HR. Muslim]
Diluaskan Rizki dan Dipanjangkan Umur
Dari anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali silaturahim. [HR. Bukhari]
Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, “Para ulama mengatakan bahwa makna dilapangkan rizkinya adalah keberkahan padanya, sedangkan makna dipanjangkan umurnya adalah adanya kekuatan di dalam tubuh. [Fath al-Bari]
Dalam ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain.
Ridla Allah Tergantung Kepada Keridlaan Orang Tua
Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" [HR. Bukhari]
Diantara Amal yang Paling Utama
Dari Abdullah bin Mas'ud katanya, "Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah" [HR. Bukhari dan Muslim]
            Berbakti kepada orang tua merupakan amalan yang sangat mulia, namun perlu diperhatikan bahwa bakti kepada orang tua hanyalah dalam hal yang ma’ruf, sebagaimana firman Allah, artinya: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempesekutukanKu dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepadaKu-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang  telah kamu kerjakan.” [Al-‘Ankabut: 8]
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, artinya: “Sesungguhnya ketaatan itu hanya ada pada yang ma’ruf.”[HR. Bukhari]. Demikian juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, artinya: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka melakukan kemaksiatan kepada sang Khaliq.” [HR. Ahmad].
Allahu ta’ala ‘alam.
Sumber: Buletin Ta'lim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text